Halo teman-teman, apa kabar kalian? Di tengah ketidakpastian kondisi pandemi dan banyaknya tugas dari perkuliahan maupun organisasi yang kalian ikuti, pasti ada saatnya kita menjadi lebih sensitif terhadap stressor yang biasa kita temui sehari-hari. Bahkan tanpa sadar, kita jadi lebih sering mengeluh daripada biasanya. Tapi terkadang penyampaian keluhan atau unek-unek yang tidak terkontrol justru dapat menimbulkan kesalahpahaman.

Pernahkah teman-teman melihat berita tersebut? Atau bahkan teman-teman pernah menjadi bagian di dalamnya? Kami paham kok it’s ok to be not ok, yang berarti sambat atau mengeluh itu boleh, asal penyampaiannya tepat. Supaya keluhan teman-teman tersampaikan dengan baik dan tidak merugikan orang lain, kalian perlu melakukan regulasi diri. Bagaimana ya cara kita meregulasi diri dalam hal “sambat menyambat”? Untuk menjawab itu, teman-teman dari Departemen Riset dan Keilmuan LM mencoba memahami situasi pandemi ini dan mengaitkannya dengan cara regulasi diri yang baik dari beberapa literatur.

Sejak awal adanya corona, pemerintah telah menetapkan himbauan untuk melakukan self-quarantine, yang dijelaskan dalam Surat Edaran Menteri Nomor HK.02.01/MENKES/202/2020 tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri Dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19). Kemudian mengikuti anjuran WHO untuk melaksanakan physical distancing, lembaga akademik mengadakan pembelajaran secara online dan pemerintah menerapkan aturan mengenai WFH dalam Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 19 tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja ASN Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Pemerintah. Demi menyikapi peningkatan kasus corona yang semakin tajam, pemerintah pun kembali mengeluarkan peraturan pembatasan berupa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB.

Karena itu sebagai warga negara yang baik, tentunya akhir-akhir ini kita dituntut untuk melakukan hampir segala aktivitas di rumah demi melaksanakan self-quarantine. Brooks dkk (2020) mengatakan bahwa durasi yang tidak pasti, ketakutan akan terinfeksi, frustasi, dan kebosanan dari self-quarantine memicu seseorang menjadi diliputi perasaan kebingungan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan insomnia. Hal-hal tersebut merupakan pemicu stres, dan kita yang tidak ingin merasa stres tentunya akan melakukan sesuatu untuk mengatasi faktor pemicu stres tersebut. Misalnya selama melakukan self-quarantine kita mengurangi kebosanan dengan cara bermain media sosial.

Kenapa sih kebosanan harus diatasi? Ternyata berdasarkan Markman (2012) kebosanan dapat mempengaruhi perilaku kita ke arah yang negatif. Salah satu hal negatif yang mungkin terjadi saat kita merasa bosan dalam self-quarantine adalah mengeluarkan pendapat negatif di media sosial. Supaya tidak terpengaruh dampak negatif tersebut kita perlu mengendalikan diri dengan baik.

Bagaimana cara mengendalikan diri dengan baik? Yuk simak 4 tips berikut!

 

1. Melihat Sesuatu dari Sudut Pandang Orang Lain

Untuk bisa mengendalikan diri dengan baik penting untuk mencoba menempatkan diri di posisi orang lain, karena dengan melakukannya kita dapat memahami pemikiran mereka. Dengan itu kita dapat memberi respon yang tepat dan menghindari kesalahpahaman (Cherry, 2019).

 

2. Jadi Pribadi yang Asertif

Menjadi asertif berarti kita mampu menentukan dan memutuskan apa yang diinginkan. Berikut tips untuk bisa menjadi asertif secara tepat dan efektif:

  1. Pertimbangkan latar belakang budaya dan perspektif orang lain (Collier, 2014).
  2. Tunjukkan empati (Collier, 2014).
  3. Sampaikan argumen dengan jelas dan disertai sikap yang baik (Collier, 2014).
  4. Kurangi emosi dan menjadi fleksibel dalam melihat situasi (Collier, 2014).
  5. Bangun konsep diri yang baik (Silaen & Dewi, 2015).
  6. Miliki regulasi emosi yang baik sehingga kita bisa lebih mengontrol diri untuk senantiasa menerima dan menghargai diri sendiri (Silaen & Dewi, 2015).

Eits, tapi jangan sampai asertif yang terlalu tinggi membawa kita jadi orang yang agresif ya. Regulasi diri yang baik menjadi kunci agar kita tidak menjadi pribadi yang agresif. Menurut Maloney & Moore (2020) ada 3 cara yang dapat dilakukan supaya kita tidak menjadi pribadi yang agresif:

  1. Ketahui dan kelola trigger-mu.
  2. Cari seseorang yang bisa kamu percaya untuk membantumu dalam menghadapi trigger
  3. Ketika sedang marah, sebisa mungkin hindari berbicara, menelepon, mengirim e-mail, atau membuat postingan di media sosial.

 

3. Tingkatkan Regulasi Diri

Memiliki regulasi diri yang tinggi sangat penting. Regulasi diri rendah akan membuat seseorang kekurangan sumber daya dan energi sehingga dia akan kekurangan kemampuan untuk menjalankan fungsi eksekutif seperti membuat pilihan dan menyelesaikan masalah (Baumeister dalam Mitchel dkk, 2018). Regulasi diri yang baik menurut Albert Bandura (1991) adalah proses yang terus aktif dimana kita:

  1. Memantau perilaku diri sendiri, yaitu kita melihat bagaimana pengaruh dan konsekuensi dari perilaku.
  2. Menilai perilaku diri sendiri, hal ini berkaitan dengan standar pribadi dan standar kontekstual yang lebih luas.
  3. Bereaksi terhadap perilaku diri sendiri, misalnya kita memikirkan bagaimana perasaan kita tentang perilaku yang telah dilakukan.

 

4. Menjaga Etika Komunikasi

Sifat ini sangat diperlukan jika kita ingin mengendalikan diri dengan baik. Nilsen (dalam Johannesen, 1996) menyebutkan sifat-sifat yang diperlukan untuk mencapai etika komunikasi, yaitu:

    1. Menghormati seseorang tanpa pandang bulu.
    2. Menghormati ide, perasaan, maksud, dan integritas orang lain.
    3. Menumbuhkan sikap objektif dan pemikiran terbuka.
    4. Menghormati bukti dan pertimbangan rasional berbagai alternatif.
    5. Mendengarkan dengan cermat sebelum berpendapat.

    Nah… bagaimana teman-teman? Mudah kan tips nya? Semoga bermanfaat ya! Jangan lupa jaga kesehatan ya!

     

    Referensi:

    Bandura, A. (1991). Social cognitive theory of self-regulation. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, 248-287. doi:10.1016/0749-5978(91)90022-L

    Brooks, S., Greenberg, N., Rubin, G., Smith, L., Webster, R., Wessely, S., & Woodland, L. (2020). The Psychological Impact of Quarantine and How to Reduce it: Rapid Review of the Evidence. THE LANCET, Vol.395, 912-920. doi: 10.1016/S0140-6736(20)30460-8

    Cherry, K. (2019, October 1). Why the Theory of  Mind Is Important for Social Relationships. Retrieved from https://www.verywellmind.com/theory-of-mind-4176826

    Collier, L. (2014). Stand Up For Yourself. GradPSYCH magazine. Diakses dari https://www.apa.org/gradpsych/2014/11/stand-up

    Johannesen, Richard L., 1996. Ethics in Human Communication. Prospect Heights, III. Waveland Press.

    Karunia, A. (2020). Pemerintah Dikritik Lamban Tangani Corona, Luhut: Amerika Saja Begitu Galau… Retrieved 29 March 2020, from https://money.kompas.com/read/2020/03/24/113200526/pemerintah-dikritik-lamban-tangani-corona-luhut–amerika-saja-begitu-galau-

    Maloney, M.E., & Moore, P. (2020). From agressive to assertive. International Journal of Women’s Dermatology (6), 46 – 49. https://doi.org/10.1016/j.ijwd.2019.09.006

    Markman, A. (2012, Sept 25). What Is Boredom? The Key Factors Underlying Boredom. Diakes 29 March 2020 dariwww.psychologytoday.com/us/blog/ulterior-motives/201209/what-is-boredom%3famp

    Mitchell, M. S., Greenbaum, R. L., Vogel, R., Mawritz, M. B., & Keating, D. J. (2018). Can You Handle the Pressure? The Effect of Performance Pressure on Stress Appraisals, Self-Regulation, and Behavior. Academy of Management Journal. doi:10.5465/amj.2016.0646

    Silaen, A. C., &Dewi, K. S. (2015). Hubungan Antara RegulasiEmosidenganAsertivitas (StudiKorelasi pada Siswa di SMA Negeri 9 Semarang). JurnalEmpati, 4, 176–177. Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/14912/14427

    Utomo, A. (2020). Virus Corona, UjaranKebencianterhadap China Meningkat di Twitter. Retrieved 29 March 2020, from https://www.kompas.com/global/read/2020/03/28/104524470/virus-corona-ujaran-kebencian-terhadap-china-meningkat-di-twitter

     

    Oleh

    Departemen Riset dan Keilmuan

    Categories: Artikel

    0 Comments

    Leave a Reply

    Avatar placeholder

    Your email address will not be published.