LAPORAN HASIL RISET MANDIRI
“Tingkat Academic Burnout Mahasiswa Klaster Sosio-Humaniora UGM: Meningkatkan Kesadaran akan Urgensi Fenomena Academic Burnout”
Photo by energepiccom from Pexels
I. LATAR BELAKANG
Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia semenjak tahun 2020 telah memberikan dampak bagi beberapa bidang, salah satunya ialah pada bidang pendidikan. Dalam upaya mengantisipasi penyebaran virus yang makin meluas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemdikbud) pada tanggal 17 Maret 2020, telah mengeluarkan surat edaran No. 36952/MPK.A/HK/2020 terkait kebijakan di bidang pendidikan selama pandemi berlangsung (Kemdikbud, 2020). Salah satu poin yang ditegaskan Kemdikbud dalam surat edaran tersebut adalah mengenai pemberlakuan pembelajaran secara daring pada siswa dan mahasiswa di seluruh Indonesia (Kemdikbud, 2020). Namun, seiring dengan penurunan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia, kini pemerintah telah merilis kebijakan baru sebagaimana yang tertuang pada Surat Keputusan Bersama Empat Menteri mengenai diberlakukannya kembali sistem pembelajaran tatap muka pada siswa dan mahasiswa di Indonesia dengan protokol kesehatan serta prosedur yang jelas (Catherine, 2021).
Selama masa pembelajaran daring berlangsung, mahasiswa merasakan beberapa dampak yang ditimbulkan dari sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dampak positif dari sistem PJJ adalah mahasiswa dapat mengeksplorasi dirinya dengan mengikuti platform online learning yang sesuai dengan minat dan terlatih untuk lebih mandiri (Abidah et al., 2020; Muyasaroh et al., 2020). Di sisi lain, dampak negatif yang mungkin terjadi pada mahasiswa adalah penurunan tingkat kesehatan mental dan penurunan performa akademik pada sebagian mahasiswa (Rehman et al., 2020; Madigan & Curran, 2020). Dalam hal ini, salah satu permasalahan kesehatan mental yang dapat terjadi pada mahasiswa adalah fenomena burnout.
Berbagai hambatan yang dialami mahasiswa dalam pembelajaran daring seperti kurangnya interaksi langsung dengan teman atau di dalam kelas (Pawicara & Conilie, 2020), kendala dalam memahami materi secara online (Firman & Rahayu, 2020), dan juga tuntutan tugas yang semakin meningkat (Asikainen et al., 2020) menjadikan burnout dirasakan oleh kian banyak mahasiswa. Manifestasi dari burnout yang bisa dilihat dalam mahasiswa yaitu kelelahan secara emosional, depersonalisasi serta perubahan sikap menjadi lebih sinis, dan penurunan prestasi (Balogun et al., 1996; Lingard et al., 2007; Yang, 2004; Zhang et al., 2007).
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada tentunya tidak terlepas dari ancaman burnout. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai fenomena burnout pada mahasiswa UGM, khususnya klaster Sosio-Humaniora yang terdiri dari Fakultas Psikologi, Ilmu Budaya, Ilmu Sosial dan Politik, Hukum, Filsafat, serta Ekonomika dan Bisnis. Burnout dapat menghambat mahasiswa dalam proses pembelajaran sehingga penting untuk mempelajari fenomena burnout ini. Harapannya dengan didapatkannya informasi terbaru mengenai fenomena burnout pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada, ada inovasi yang hadir untuk membantu mahasiswa menghadapi burnout ini.
II. DEFINISI
A. Definisi Konseptual
a) Burnout
Burnout sering digambarkan sebagai sindrom kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan kepuasan atau prestasi yang dialami seorang individu (Rahmawati, 2015). Maslach et al. (1996) mengidentifikasi kelelahan emosional sebagai aspek kunci dari burnout, sedangkan Pines dan Aronson (1981) memasukkan aspek kelelahan fisik, yang ditandai dengan energi rendah dan perasaan lelah yang berkepanjangan. Burnout merupakan suatu tahap dimana individu mengalami kelelahan yang mengacu pada perasaan terkurasnya sumber daya emosional yang dapat memengaruhi kondisi fisik individu yang mengalaminya.
Burnout lebih berpotensi untuk terjadi ketika ada ketidakcocokan besar antara sifat pekerjaan dan sifat orang yang melakukan pekerjaan. Faktor utama dari burnout meliputi beban kerja yang berlebihan, kurangnya rasa kekuasaan atas suatu tanggung jawab, kurangnya penghargaan, kurangnya kepedulian dari masyarakat, konflik nilai, dan kurangnya keadilan, yang merupakan indikasi nyata bahwa orang tersebut dan pekerjaannya tidak cocok (Maslach & Leiter, 1997). Seseorang yang mengalami burnout akan menunjukan gejala tekanan mental, seperti kecemasan, depresi, frustrasi, permusuhan atau ketakutan. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian Rahmawati (2015) juga menunjukkan bahwa burnout dapat menyebabkan komitmen yang lebih rendah, pemutusan hubungan, ketidakhadiran, penurunan produktivitas, moral, dan konsiderasi individu yang lebih rendah.
b) Academic Burnout
Burnout dalam bidang akademik atau academic burnout didefinisikan sebagai perasaan lelah karena tuntutan studi, penghindaran terhadap tugas-tugas yang ada, dan perasaan tidak kompeten sebagai mahasiswa (Schaufeli, et al., 2002). Umumnya, burnout yang dialami para mahasiswa merupakan akumulasi dari beban tanggung jawab akademik, masalah pencarian jati diri, ketidakpastian akan masa depan, masalah pembentukan hubungan interpersonal, keraguan akan diri sendiri (Chao, 2012). Mahasiswa yang tidak mampu menangani tantangan atau permasalahan selama masa-masa kuliah secara efisien akan lebih rentan terhadap burnout. Menurut Salmela-Aro & Upadyaya (2014), academic burnout sangat berpotensi untuk terjadi ketika beban dan tuntutan eksternal yang dialami seorang individu melebihi sumber daya yang tersedia.
B. Definisi Operasional
Penelitian ini mengidentifikasi definisi dari academic burnout sebagai seorang individu yang mengalami kelelahan secara emosional dan fisik yang dipicu oleh beban dan tanggung jawab di bidang akademik. Academic burnout dapat berwujud penurunan kepuasan terhadap prestasi diri, penghindaran terhadap tugas-tugas, serta gejala-gejala tekanan mental, kegelisahan, hingga depresi. Mengenali seseorang yang sedang mengalami academic burnout dapat dilihat dari kondisi fisik yang melemah disertai oleh fluktuasi emosional yang memengaruhi performa dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
III. TUJUAN
Adapun tujuan dari dilakukanya penelitian ini adalah untuk:
- Mengeksplorasi fenomena academic burnout yang terjadi di lingkup mahasiswa UGM rumpun Sosio-Humaniora (Soshum) angkatan 2019-2021
- Mengungkap dinamika dari fenomena academic burnout yang dialami mahasiswa
- Mengedukasi pembaca terhadap fenomena academic burnout yang terjadi pada kalangan mahasiswa
IV. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan tujuan memberikan deskripsi mengenai academic burnout di kalangan mahasiswa UGM rumpun Sosio-Humaniora (Soshum) angkatan 2019-2021 tahun ajaran 2021/2022. Data dalam penelitian ini bersifat kategorikal sehingga penyajian analisis deskriptif menggunakan frekuensi dan persentase.
B. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel, yaitu academic burnout. Menurut Maslach et al. (2001), academic burnout memiliki tiga dimensi, yaitu kelelahan (exhaustion), depersonalisasi atau sinisme (cynicism), dan penurunan pencapaian personal (reduced personal accomplishment). Ketiga dimensi tersebut menjadi fokus dari penelitian ini sehingga tertera pada instrumen penelitian.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2019-2021 dari enam fakultas rumpun Sosio-Humaniora (Soshum), yaitu Fakultas Ekonomika dan Bisnis (370), Fakultas Filsafat (150), Fakultas Hukum (330), Fakultas Ilmu Budaya (535), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (455), dan Fakultas Psikologi (225) dengan jumlah total 1.565 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan teknik quota sampling dengan jumlah sampel 300 mahasiswa. Dari sampel yang ditetapkan, diambil 16,67% untuk setiap fakultas sehingga jumlah target mahasiswa yang menjadi sampel pada setiap fakultas ada 50 mahasiswa.
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
a) Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah online survey berbasis web. Pada survei kali ini, peneliti menggunakan platform google form sebagai media untuk pengumpulan data survei.
b) Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah survei tertutup dengan menggunakan platform google form, yang berisi skala kejenuhan (burnout). Rincian dan pertanyaan survei yang dibuat terlampir di bagian lampiran. Skala burnout dalam penelitian ini dari adaptasi Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI-SS) oleh Dea Mukti Maharani (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Self-Esteem dengan Academic Burnout pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2018/2019”. Adaptasi tersebut sudah mengalami proses translasi, uji validitas, dan reliabilitas sehingga dapat diaplikasikan untuk mengukur tingkat academic burnout.
Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI-SS) mengukur academic burnout melalui tiga dimensi, yaitu: (1) exhaustion, mengacu pada kelelahan akibat tuntutan studi, (2) cynicism, mengacu pada sikap sinis atau berjarak terhadap studi, dan (3) reduced academic efficacy, mengacu pada menurunnya keyakinan akademik. Jumlah item pada Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI-SS) yaitu 15 item pernyataan, dengan rincian 5 item pada dimensi exhaustion, 4 item pada dimensi cynicism, dan 6 item pada dimensi reduced academic efficacy.
c) Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif persentase dan frekuensi. Metode analisis data dalam penelitian ini berdasarkan penelitian akhir yang dilakukan oleh Dea Mukti Maharani pada tahun 2019. Analisis menggunakan software SPSS 26.0 (hasil analisis terlampir) untuk mempermudah dalam pengolahan data.
Khusus untuk penilaian skala burnout menggunakan rumus persentase, rumus yang digunakan :
Keterangan:
p = persentase nilai yang diperoleh
n = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor ideal (jumlah item dikalikan nilai ideal tiap item dan dikalikan jumlah responden)
Sedangkan pembagian kategori interval dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
- Menghitung persentase skor maksimum (100%)
- Menghitung persentase skor minimum (100%)
- Menghitung rentang data (80%)
- Menghitung panjang kelas interval (16%)
Hasil pembagian kategori interval untuk memberikan deskripsi mengenai tingkat academic burnout pada mahasiswa UGM rumpun Sosio-Humaniora angkatan 2019-2021 tahun ajaran 2021/2022 selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Kategori Tingkat Kejenuhan
Interval Persentase | Kategori |
84% < p ≤ 100% | Sangat Tinggi |
68% < p ≤ 84% | Tinggi |
52 % < p ≤ 68% | Sedang |
36 % < p ≤ 52% | Rendah |
20 % < p ≤ 36% | Sangat Rendah |
V. DATA HASIL
Analisis Academic Burnout (Tabel 5.1)
Variabel | Indikator | Persentase | Kategori |
Academic
Burnout |
Exhaustion | 73,12% | Tinggi |
Cynicism | 57,03% | Sedang | |
Reduced Academic Efficacy | 49,43% | Rendah | |
Rata-rata | 59,36% | Sedang |
Tingkat Academic Burnout Siswa Mahasiswa Soshum Universitas Gadjah Mada (Tabel 5.2)
Variabel | Indikator | Rata-
rata |
Distribusi Frekuensi | ||||
Sangat
Tinggi |
Tinggi | Sedang | Rendah | Sangat Rendah | |||
Academic
Burnout |
Exhaustion | Tinggi | 28,1% | 33,08% | 19,74% | 14,5% | 4,58% |
Cynicism | Sedang | 10,95% | 24,05% | 19,1% | 31,03% | 14,88% | |
Reduced
Academic Efficacy |
Rendah | 4,1% | 13,9% | 32,3% | 31,4% | 19,1% |
VI. DISKUSI DAN PEMBAHASAN HASIL
Academic burnout terdiri atas 3 komponen, yaitu exhaustion, cynicism, dan reduced academic efficacy. Aspek exhaustion mengacu pada keadaan kelelahan intens secara emosional maupun fisik akibat tuntutan pekerjaan yang berlebihan (Seidler et al., 2014; Adler-Milstein et al., 2020). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa rata-rata partisipan yang merupakan mahasiswa klaster Soshum sedang berada pada tingkat exhaustion yang tinggi. Exhaustion yang terjadi dalam diri seseorang dapat memengaruhi kualitas hidupnya (Li et al., 2018). Saat berada pada tingkat exhaustion yang tinggi, partisipan memerlukan adanya dukungan dari lingkungan sosial sehingga dapat meningkatkan self-esteem dan performa akademik yang dapat berpengaruh pada kualitas hidup yang baik (Li et al., 2018)
Cynicism mengacu kepada sikap sinis seseorang, dalam konteks ini adalah mahasiswa, di mana mereka bersikap dingin dan menjauh dari pekerjaan serta orang-orang sekitar mereka yang menurunkan keterlibatan mereka di dalam lingkungan tersebut (Schaufeli & Hu, 2009). Cynicism dalam mahasiswa bisa dilihat dari sikap-sikap yang berdampak secara negatif terhadap efektivitas belajar siswa seperti perilaku tidak peduli terhadap tanggung jawab serta kemalasan untuk belajar. Studi ini mengimplementasikan cynicism melalui lima aitem pertanyaan yang membahas seputar rasa urgensi para siswa tentang pelajaran, ketertarikan terhadap materi, serta motivasi belajar.
Reduced academic efficacy mengacu pada hadirnya perasaan tidak kompeten sebagai mahasiswa yang menimbulkan penurunan academic efficacy atau efikasi diri yang berkaitan dengan bidang akademik (Schaufeli et al., 2002). Academic efficacy merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi performa akademik (Hayat et al., 2020), academic efficacy merujuk pada kepercayaan dan sikap mahasiswa terhadap kemampuan mereka untuk mencapai kesuksesan akademik serta memenuhi tugas-tugas pembelajaran (Schunk & Ertmer, 2000). Mahasiswa yang merasa dirinya tidak kompeten dan juga mengalami penurunan academic efficacy cenderung akan mengembangkan perasaan tidak puas pada diri sendiri, pekerjaan, bahkan kehidupannya (Maharani, 2019). Tingkat reduced academic efficacy yang ditemukan dalam penelitian ini termasuk ke dalam kategori rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa mahasiswa klaster Soshum masih memiliki academic efficacy yang baik. Academic efficacy yang baik dapat meningkatkan performa akademik dan keterlibatan dalam proses belajar pada mahasiswa (Salanova et al., 2010). Selain itu, academic efficacy dalam diri mahasiswa juga mencerminkan motivasinya dalam menjalani proses pembelajaran akademik (Yokoyama, 2019).
Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan tabel distribusi frekuensi agar hasil data yang diperoleh dapat lebih mudah untuk dipahami (Tabel 5.2). Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut diketahui bahwa kondisi exhaustion yang dimiliki rata-rata subjek berada pada kategori tinggi, kondisi cynicism yang dialami rata-rata subjek adalah sedang, dan kondisi reduced academic efficacy berada pada kategori rendah. Dari data yang sudah dikumpulkan, sebanyak 73,12% partisipan mengalami kondisi exhaustion yang tinggi, diikuti cynicism kategori sedang yang dialami oleh 57,03% dari partisipan, dan penurunan efikasi akademik (reduced academic efficacy) pada 49,43% partisipan dengan kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut, tingkat academic burnout yang dialami oleh mahasiswa kluster Soshum di Universitas Gadjah Mada berada di tingkat sedang dengan rata-rata 59,36%.
Selain metode kuantitatif yang digunakan untuk mengukur tingkat academic burnout mahasiswa rumpun Sosio-Humanoria (Soshum) Universitas Gadjah Mada, penulis juga menggunakan metode kuantitatif deskriptif untuk menggali alasan mahasiswa rumpun Soshum cenderung mengalami academic burnout. Hasil menemukan bahwa tiga faktor teratas yang menyebabkan academic burnout adalah jumlah dan beban tugas yang diberikan selama masa studi, motivasi internal mahasiswa yang menurun, serta tekanan yang dihaturkan oleh lingkungan sekitar (teman, keluarga, pasangan) kepada mahasiswa. Alasan-alasan lain seperti fasilitas yang kurang mendukung studi, kondisi pandemi yang menurunkan efektivitas pembelajaran, dan kurangnya support system (dukungan) menjadi beberapa faktor yang berkontribusi terjadinya academic burnout selama masa perkuliahan.
Para mahasiswa cenderung mengalami fenomena academic burnout di pertengahan semester di mana mereka harus menyesuaikan dan mempersiapkan diri lagi untuk menyelesaikan setengah semester akhir. Sekitar 67% (103 mahasiswa) dari responden menjawab bahwa mereka berhasil mengatasi academic burnout melalui berbagai upaya. Beberapa upaya positif termasuk melakukan kegiatan yang disenangi untuk melepas sedikit beban, meningkatkan self-awareness mengenai target capaian selama kuliah, serta menjalin koneksi yang baik dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Namun, ada beberapa upaya negatif seperti menunda pekerjaan hingga tidak meninggalkan tanggung jawab sepenuhnya. Dari fakta ini, penulis mengambil konklusi bahwa terdapat berbagai faktor yang dapat memicu academic burnout dan banyak cara baik positif maupun negatif yang dilakukan oleh setiap individu sebagai bentuk coping mechanism untuk mengatasi fenomena academic burnout.
VII. KONKLUSI
Dari tiga komponen academic burnout, exhaustion merupakan komponen yang dominan dirasakan mahasiswa rumpun Sosio-Humaniora (Soshum) Universitas Gadjah Mada. Akan tetapi, meskipun tingkat exhaustion mahasiswa Soshum tinggi, tingkat reduced academy efficacy tetap rendah yang menunjukkan tetap terpenuhinya tuntutan akademik walaupun dilanda kelelahan. Tiga faktor utama yang menjadi alasan di balik fenomena academic burnout di kalangan mahasiswa Soshum Universitas Gadjah Mada adalah jumlah dan beban tugas yang diberikan selama masa studi, motivasi internal mahasiswa yang menurun, serta tekanan yang dihaturkan oleh lingkungan sekitar (teman, keluarga, pasangan) kepada mahasiswa. Studi ini mengungkap bahwa mahasiswa cenderung mengalami academic burnout pada pertengahan semester. Hal ini disebabkan oleh kewajiban mereka untuk menyelesaikan dan mempersiapkan diri mereka kembali untuk setengah semester terakhir. Beberapa hal yang dilakukan mahasiswa untuk menangkal academic burnout adalah melakukan kegiatan-kegiatan yang disenangi meningkatkan self-awareness tentang target mereka selama perkuliahan, serta menjalin koneksi yang baik dengan orang-orang di lingkungan sekitar.
Dalam setiap studi ada beberapa limitasi yang harus diatasi. Keterbatasan jumlah data yang berasal dari jawaban kuesioner oleh responden sehingga jumlah data tidak merata dari setiap fakultas menjadi limitasi riset ini. Selain itu, keterbatasan waktu pengambilan data juga terbatas sehingga tidak dapat memenuhi harapan jumlah data yang terkumpul.
Daftar Pustaka
Abidah, A., Hidaayatullaah, H. N., Simamora, R. M., Fehabutar, D., & Mutakinati, L. (2020). The impact of Covid-19 to Indonesian education and its relation to the philosophy of “Merdeka Belajar”. Studies in Philosophy of Science and Education, 1(1), 38-49. https://doi.org/10.46627/sipose.v1i1.9
Adler-Milstein, J., Zhao, W., Willard-Grace, R., Knox, M., & Grumbach, K. (2020). Electronic health records and burnout: time spent on the electronic health record after hours and message volume associated with exhaustion but not with cynicism among primary care clinicians. Journal of the American Medical Informatics Association, 27(4), 531-538. doi: 10.1093/jamia/ocz220
Asikainen, H., Salmela-Aro, K., Parpala, A., & Katajavuori, N. (2020). Learning profiles and their relation to study-related burnout and academic achievement among university students. Learning and Individual Differences, 78, 101781.
Balogun JA, Helgemoe S, Pellegrini E, et al. (1996) Academic performance is not a viable determinant of physical therapy students’ burnout. Perceptual and Motor Skills 83(1): 21–2.
Chao, R. C.‐L. (2012). Managing perceived stress among college students: The roles of social support and dysfunctional coping. Journal of College Counseling, 15(1), 5–21. https://doi.org/10.1002/j.2161-1882.2012.00002.
Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran online di tengah pandemi covid-19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81–89.
Hayat, A. A., Shateri, K., Amini, M., Shokrpour, N. (2020). Relationships between academic self-efficacy, learning-related emotions, and metacognitive learning strategies with academic performance in medical students: a structural equation model. BMC Med Educ 20, 76. https://doi.org/10.1186/s12909-020-01995-9
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2020, March 17). SE Mendikbud: Pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-pembelajaran-secara-daring-dan-bekerja-dari-rumah-untuk-mencegah-penyebaran-covid19
Li, Han, Wang, Sun & Cheng (2018). How social support influences university students’ academic achievement and emotional exhaustion: The mediating role of self-esteem. Learning and Individual Differences, 61, pp.120-126. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1041608017302133
Lingard HC, Yip B, Rowlinson S, et al. (2007) The experience of burnout among future construction professionals: A cross-national study. Construction Management and Economics 25(4): 345–57.
Madigan, D., & Curran, T. (2020). Does Burnout Affect Academic Achievement? A Meta-Analysis of over 100,000 Students. Educational Psychology Review, 33(2), 387-405. doi: 10.1007/s10648-020-09533-1
Maharani, D. M. (2019). HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN ACADEMIC BURNOUT PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2018/2019 (Undergraduate thesis, UNNES).
Maslach, C., Jackson, S. E., & Leiter, M. P. (1996). Maslach burnout inventory manual(3rd ed.). Mountain View, California: CPP, Inc.
Maslach, C., Leiter, M.P. (1997). The Truth about Burnout. Jossey-Bass Publishers, San Francisco, CA.
Muyasaroh, H. (2020). Penerapan google classroom pada pembelajaran PAI kelas XI jurusan bisnis daring pemasaran (BDP) di Smk Negeri 1 Purwokerto tahun pelajaran 2019/2020. (Doctoral dissertation, IAIN Purwokerto). http://repository.iainpurwokerto.ac.id/id/eprint/7896
Pawicara, R., & Conilie, M. (2020). Analisis pembelajaran daring terhadap kejenuhan belajar mahasiswa Tadris Biologi IAIN Jember di tengah pandemi Covid-19. ALVEOLI: Jurnal Pendidikan Biologi, 1(1), 29–38.
Pines, A., Aronson, E., Kafry (1981). Burnout: From Tedium to Personal Growth. Free Press, New York.
Rahmati, Z. (2015). The Study of Academic Burnout in Students with High and Low Level of Self-efficacy. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 171(1996), 49–55. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.087
Rehman, A., Bhuttah, T., & You, X. (2020). Linking Burnout to Psychological Well-being: The Mediating Role of Social Support and Learning Motivation. Psychology Research And Behavior Management, Volume 13, 545-554. doi: 10.2147/prbm.s250961
Salmela-Aro, K., & Upadyaya, K. (2014). Developmental trajectories of school burnout: Evidence from two longitudinal studies. Learning and Individual Differences, 36, 60-68. https://doi.org/10.1016/j
Schaufeli, W. B., Martínez, I. M., Pinto, A. M., Salanova, M., & Bakker, A. B. (2002). Burnout and Engagement in University Students: A Cross-National Study. Journal of Cross-Cultural Psychology, 33(5), 464–481. https://doi.org/10.1177/0022022102033005003
Schunk, D.H., Ertmer, P.A. (2000). Self-regulation and academic learning: Self-efficacy enhancing interventions. Handbook Self-Regul Elsevier, 631–49.
Seidler, A., Thinschmidt, M., Deckert, S., Then, F., Hegewald, J., Nieuwenhuijsen, K., & Riedel-Heller, S. G. (2014). The role of psychosocial working conditions on burnout and its core component emotional exhaustion–a systematic review. Journal of occupational medicine and toxicology, 9(1), 1-13. http://www.occup-med.com/content/9/1/10
Yang HJ (2004) Factors affecting student burnout and academic achievement in multiple enrolment programs in Taiwan’s technical-vocational colleges. International Journal of Educational Development 24(3): 283–301.
Zhang Y, Gan Y and Cham H (2007) Perfectionism, academic burnout and engagement among Chinese college students: A structural equation modeling analysis. Personality and Individual Differences 43(6): 1529–40
0 Comments