Oleh Caecilia Cantika Sutanto
Kehidupan mahasiswa tampaknya begitu lekat dengan kisah kasih remaja yang selalu disertai pergolakan. Tingginya intensitas pertemuan serta interaksi yang terjadi di antara mahasiswa setiap harinya, melalui kegiatan akademik maupun non akademik, mengarahkan mereka kepada semakin tingginya paparan terhadap orang lain yang mereka alami pula. Hal ini dapat terakumulasi menjadi suatu perasaan ketertarikan yang lebih serius di kemudian hari apabila dialami secara berkepanjangan, yang kemudian kerap disebut banyak orang sebagai ‘cinta lokasi’.
Libowitz (Wortman, 1992) mendefinisikan cinta sebagai suatu perasaan kuat bernilai positif yang dirasakan oleh individu terhadap individu lainnya. Di sisi lain, Hendrick & Hendrick (1992) menyampaikan bahwa cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks dan sulit digambarkan secara harfiah. Meskipun cinta merupakan suatu proses kompleks yang sulit dimengerti, nyatanya keberadaan cinta selalu lekat dengan kehidupan setiap individu. Berangkat dari hal tersebut, semakin berkembangnya zaman, muncullah istilah ‘cinta lokasi’ yang kerap diartikan sebagai suatu rasa ketertarikan hingga hubungan intim yang lebih serius yang dapat terjalin karena tingginya intensitas interaksi dalam suatu situasi dan tempat di antara dua individu.
The Person Next Door: The Propinquity Effect
Salah satu determinan yang paling sederhana dalam mendefinisikan ketertarikan interpersonal adalah proximity atau propinquity yang berarti kedekatan. Teori The Propinquity Effect menjelaskan bahwa semakin sering seseorang melihat serta berinteraksi dengan individu lain, maka akan semakin besar pula kemungkinan mereka untuk dapat berteman (Berscheid & Reis, 1998). Hal ini tentunya dapat merujuk pada kegiatan sehari-hari yang dijalani mahasiswa dalam mengemban kewajiban dan tanggung jawabnya, yakni menghadiri perkuliahan. Dengan hadir dalam pertemuan perkuliahan, tingkat interaksi antara mahasiswa pun semakin tinggi.
Mere Exposure Effect
Tingginya tingkat interaksi antar mahasiswa setiap hari secara berkepanjangan tersebut memungkinkan mereka saling mendapatkan paparan antara satu sama lain yang kemudian menimbulkan suatu efek kedekatan dan terakumulasi menjadi suatu perasaan ketertarikan lebih lanjut. Hal tersebut bisa dijelaskan melalui Mere Exposure Effect, bagian kecil dari teori The Propinquity Effect, yang menjelaskan bahwa semakin banyak paparan yang didapatkan seorang individu terhadap suatu stimulus, maka semakin ia cenderung menyukainya.
Dampak, Saran, Kesimpulan
Benar adanya bahwa suatu hubungan intim dapat terjalin salah satunya karena faktor kedekatan yang lahir dari tingginya paparan yang dialami oleh individu terhadap individu lain. Hal ini menunjukkan bahwa situasi dan lokasi menjadi dua aspek penting dalam membangun suatu hubungan. Situasi dan lokasi mengarahkan individu untuk bukan saja menerima, melainkan juga memberikan paparan dari dan kepada individu lain. Mahasiswa yang berkegiatan dalam satu situasi, lokasi, serta lingkungan secara terus-menerus dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang lebih memiliki kemungkinan untuk terlibat cinta lokasi dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa yang tidak memiliki kegiatan serupa dalam satu situasi, lokasi, serta lingkungan.
Referensi
Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2018). Social psychology (10th ed.). Boston, MA: Pearson Education, Inc.
Berscheid, E., & Reis, H. T. (1998). Attraction and close relationships. In D. T. Gilbert, S. T. Fiske, & G. Lindzey (Eds.), The handbook of social psychology (4th ed., Vol. 2, pp. 193–281). New York, NY: McGraw-Hill
Hendrick, S. & Hendrick, C. (1992). Romantic love. Sage, London.
Wortman, C. & Loftus, E. (1999). Psychology. New York: McGraw-Hill Companies.
0 Comments