Menyusuri kembali kilas balik layanan psikologi yang bertempat di Gadjah Mada Medical Center (GMC) rupanya bisa ditarik sebagai perjalanan yang dinamis dan progresif. Seperti yang telah diketahui, layanan psikologi GMC prarestrukturisasi mendapatkan banyak keluhan dari berbagai pihak yang dilandaskan oleh ketidakpuasan layanan yang berkaitan dengan kurangnya sumber daya, informasi, serta kejelasan yang diberikan oleh pihak GMC. Mengingat minat dan urgensi yang tinggi dari civitas akademika, terutama mahasiswa, dalam mengakses layanan psikologi di GMC, maka dapat dikatakan bahwa proses restrukturisasi merupakan suatu titik awal yang krusial.

Untuk menjawab kebutuhan layanan psikologi yang aksesibel, GMC telah melakukan serta sumber daya tenaga profesional psikologi. Akses layanan psikologi dan pendaftaran secara daring, kini berubah menjadi lebih efisien karena civitas akademika dapat langsung datang ke layanan psikologi GMC tanpa harus mendaftar secara online terlebih dahulu. Transformasi esensial berikutnya adalah penambahan tenaga psikolog yang diharapkan dapat menjangkau pelayanan yang lebih masif bagi civitas akademik UGM.

Implementasi layanan psikologi di GMC tentunya menuai berbagai tanggapan dari para pengguna layanan, baik positif maupun negatif. Alur layanan psikolog GMC dianggap telah memiliki alur yang cukup mudah karena civitas akademik dapat langsung datang ke GMC tanpa harus mendaftar secara daring. Salah satu pengguna layanan mengutarakan ia hanya perlu menunggu sekitar satu jam untuk mengakses layanan psikolog tersebut. Akan tetapi, alur yang baru ini juga menuai berbagai kontra, terutama terkait permasalahan jadwal yang dapat timbul. Sejauh ini, belum ada publikasi mengenai kuota psikolog yang tersedia pada setiap jamnya. Hal ini dapat menimbulkan masalah apabila pengguna layanan telah datang ke GMC, tetapi ternyata tidak ada psikolog yang tersedia untuknya.

Sebagai evaluasi, diperlukan adanya update mengenai kuota psikolog yang tersedia, misalnya melalui media sosial, untuk mempermudah civitas akademik yang hendak menggunakan layanan. Selain itu, salah satu pengguna layanan juga mengeluhkan kurangnya kerahasiaan pengguna. Ia mengungkapkan bahwa ketika ia hendak dipanggil ke ruang konsultasi, petugas masih menggunakan nama asli civitas akademik tersebut. Maka dari itu, opsi anonimitas dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menjaga privasi para civitas akademik yang hendak menggunakan layanan psikolog GMC.

Adanya aspirasi kebutuhan dari mahasiswa sebagai mayoritas pengguna fasilitas menjadi salah satu faktor pembangun layanan GMC bagi masyarakat. Kebutuhan akan layanan psikologis mendorong perubahan alur layanan serta penambahan kuota psikolog dalam layanan psikolog GMC. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang mahasiswa, mereka mengetahui layanan ini karena kebanyakan mahasiswa mengetahui informasi terkait GMC melalui sumber sekunder.

Dari segi layanan, layanan baru yang memungkinkan klien untuk langsung datang tentu akan menimbulkan adanya antrean dan waktu tunggu. Namun, terdapat fasilitas ruang tunggu dan sofa serta proses administrasi layanan yang tidak dipungut biaya. Salah seorang mahasiswa yang pernah menggunakan layanan psikolog GMC berpendapat bahwa suasana selama konseling cukup santai sehingga klien merasa nyaman dan terbantu, tetapi beberapa juga berpendapat bahwa layanan konseling kurang berdampak signifikan. “Terus kalau dari sisi psikolognya menurut aku nggak terlalu efektif untuk menjawab yang aku pengen dijawabin gitu..”. Adapun berdasarkan data wawancara, sedangkan satu orang lainnya berpendapat bahwa layanan masih kurang efektif. dari kalangan mahasiswa UGM tersebut perlu bagi layanan psikolog GMC untuk meningkatkan mutu pelayanannya.

Layanan psikologi di GMC merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan layanan psikologi yang lebih aksesibel bagi civitas akademik UGM. Meskipun implementasi layanan psikologi di GMC telah menuai beberapa kritik keluhan dari penggunanya, terdapat beberapa hal yang patut diapresiasi , seperti alur layanan yang lebih dipermudah, fasilitas ruang tunggu yang nyaman dan gratis, serta suasana selama konseling yang santai dan membantu klien merasa nyaman. Namun, terdapat juga kritik terkait permasalahan jadwal dan kuota psikolog yang tersedia, privasi pengguna layanan, dan efektivitas layanan yang diberikan. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi dan supervisi yang berkelanjutan terhadap layanan psikologi yang diberikan dengan mempertimbangkan aspirasi dari para pengguna layanan, seperti memberikan opsi anonimitas guna menjaga privasi pengguna layanan, mengoptimalkan efektivitas layanan, serta meningkatkan publikasi langsung terkait layanan dan kuota psikolog yang tersedia agar lebih mudah diakses oleh mahasiswa.

Categories: Artikel