Oleh Muthia Sanikagading
Pernah gak, sih, kamu menginginkan suatu perubahan dalam diri kamu sendiri tapi nggak tahu harus mulai dari mana? Ternyata ada sebuah teknik manifestasi yang cuma butuh mendengarkan suara?! Namanya musik subliminal! Apa, sih, subliminal itu? Apakah efeknya beneran nyata?
Apa itu subliminal?
Subliminal adalah stimuli yang berada di bawah ambang batas persepsi atau kesadaran sehingga tidak dapat disadari meskipun kita berusaha memperhatikan atau mencarinya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita terus menerus menerima berbagai rangsangan, baik secara langsung maupun tak langsung, yang dapat memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Sederhananya, subliminal dapat diartikan sebagai metode pengiriman informasi tentang suatu hal ke dalam pikiran seseorang tanpa melibatkan kesadaran.
Konsep subliminal berkembang seiring dengan penelitian mengenai persepsi bawah sadar, salah satunya melalui pesan suara yang disisipkan dalam media tertentu. Gagasan mengenai subliminal mulai populer pada tahun 1950 ketika James Vicary memasukkan pesan subliminal dalam sebuah iklan dengan menyisipkan kata-kata seperti “Drink Coke” dan “Hungry? Eat Popcorn” di sela-sela pemutaran film. Hal ini tidak disadari penonton. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan penjualan pada produk tersebut.
Digunakan untuk apa?
Pada awalnya, subliminal digunakan untuk kebutuhan komersial dengan cara menyisipkan pesan tertentu untuk menarik para konsumen agar membeli suatu produk. Seiring berjalannya waktu, sebagian orang percaya bahwa rekaman audio subliminal dapat menjadi metode efektif untuk memodifikasi karakter dan sifat seseorang. Maksudnya, jika pikiran bawah sadar kita 100% percaya akan efektivitas subliminal, pesan yang disampaikan dapat memberikan dampak nyata. Di zaman sekarang, rekaman subliminal dapat diakses dengan mudah karena tersebar luas di berbagai platform media sosial, terutama di YouTube. Rekaman audio mengenai subliminal yang populer banyak digunakan untuk mewujudkan manifestasi serta membantu individu agar mencapai kebutuhan yang diinginkan. Beberapa di antaranya mampu meningkatkan rasa percaya diri, menurunkan berat badan, dan mengurangi stress.
How does it work?
Subliminal bukanlah bentuk dari pencucian otak. Meskipun seseorang tidak sadar bahwa mereka mendengar pesan subliminal, otak tetap mampu menangkapnya melalui persepsi periferal. Persepsi ini merujuk pada kemampuan otak dalam memproses berbagai rangsangan, termasuk yang berada di luar fokus utama kesadaran, tetapi tetap masuk ke dalam bawah sadar. Dalam konteks subliminal, pesan disisipkan di balik musik dengan volume yang sangat rendah dengan gelombang tertentu.
Secara sederhana, bayangkan jika kita adalah rangsangan bawah sadar yang mengalir di bawah gelombang musik dengan cara yang sama seperti kapal selam yang berlayar di bawah permukaan laut. Perjalanannya dimulai ketika pesan yang terselip di dalam musik ditangkap oleh telinga luar, kemudian masuk ke saluran pendengaran dan ditujukan ke otak berupa sel sensorik yang telah menjadi impuls listrik. Di dalam otak, neuron menafsirkan sinyal ini sebagai suara. Semua impuls suara yang masuk bersaing untuk mendapatkan perhatian alam sadar. Pesan subliminal tetap diproses oleh otak meskipun secara langsung tidak disadari. Oleh karena itu, ambang kesadaran sebenarnya bergantung pada eksitasi saraf. Tanpa eksitasi saraf, tidak akan ada persepsi atau pesan yang diterima karena otak hanya memproses rangsangan yang cukup kuat untuk menembus batas kesadaran.
Psikoanalisis Sigmund Freud
Alam bawah sadar memainkan peran penting dalam membentuk pikiran, emosi, dan perilaku seseorang. Konsep subliminal berkaitan dengan teori Psikoanalisis oleh Sigmund Freud yang membahas tentang pikiran bawah sadar. Menurut Freud keinginan manusia yang tidak dapat diterima secara sadar akan ditekan ke alam bawah sadar, tetapi tetap berpengaruh terhadap tindakan dan keputusan seseorang. Dalam teori Psikoanalisis miliknya, kepribadian manusia terdiri dari tiga elemen:
- Id: Bagian kepribadian yang berisi tentang insting manusia. Pesan dari subliminal memicu impuls yang berada di alam bawah sadar manusia yang akan menciptakan keinginan kita untuk bertindak tanpa pikir panjang. Musik subliminal dapat meredam dorongan negatif dari id dengan menyisipkan afirmasi positif.
- Ego: Berfungsi sebagai penyeimbang antara dorongan id dan superego dengan menjadi jembatan antara keduanya. Ego merupakan mediator yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasratnya serta berperan untuk mengakomodasi proses mental seperti berpikir dan pemecahan masalah. Ego seringkali tidak menyadari bahwa pesan subliminal sedang bekerja. Adanya ketergantungan pada subliminal yang bisa melemahkan peran superego, menyebabkan keputusan yang kurang rasional. Jika seseorang memiliki kebiasaan yang buruk, subliminal dapat membantu ego menguatkan kontrol terhadap diri sendiri.
- Superego: Bagian dari kepribadian yang menginternalisasi nilai-nilai moral dan sosial. Superego berada di bagian otak sadar dan tidak sadar, bertindak sebagai suara hati atau conscience. Jika pesan dalam musik subliminal bertentangan dengan nilai atau moral seseorang, efeknya tidak akan terlalu berpengaruh. Namun, bagi individu yang mengalami tekanan moral berlebihan, subliminal dapat membantu mengurangi tekanan yang berlebih tersebut.
Dalam konsep ini, subliminal dapat diinterpretasikan sebagai salah satu cara untuk menyeimbangkan konflik antara id, ego, dan superego.
Apakah efek dari subliminal benar-benar ada?
Hingga saat ini, efektivitas subliminal dalam mengubah perilaku dan meningkatkan kemampuan pribadi masih menjadi perdebatan di dunia ilmiah karena kurangnya bukti berupa kajian yang mendukung. Meski demikian, banyak orang tetap mendengarkan rekaman audio subliminal meskipun mereka percaya pada proses pengambilan keputusan yang rasional. Penggunaan subliminal secara teratur dapat diikuti oleh perubahan pola perilaku tertentu. Namun, perubahan ini kemungkinan besar terjadi karena penggunanya mengaitkan pengalaman mereka dengan afirmasi yang mereka yakini terkandung dalam rekaman subliminal. Oleh karena itu, banyak ilmuwan menyimpulkan bahwa dampak subliminal tidak lebih dari efek plasebo. Efek ini adalah di mana seseorang mengalami perubahan kondisi fisik atau psikologis hanya karena percaya bahwa metode alternatif akan bekerja. Efek ini terjadi karena keyakinan seseorang bahwa subliminal dapat mewujudkan keinginan, bukan dari musik subliminal itu sendiri.
Referensi
- Debes, S. R. (2021, 26 Januari). How subliminal images impact your brain and behaviour. Technology Networks. https://www.technologynetworks.com/neuroscience/articles/how-subliminal-images-impact-your-brain-and-behavior-344858
- Frazier, S. (2018). Subliminal Messaging: How Effective Is It?. Parkland College, Applied Health Journal https://spark.parkland.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1241&context=ah#:~:text=There%20is%20evidence%20that%20shows,or%20action%20being%20digested%20subconsciously.
- Beyerstein, B., & Eich, E. (1993). Subliminal self-help tapes: Promises, promises… The Rational Enquirer, 6(1). https://homepages.se.edu/cvonbergen/files/2012/12/Subliminal-Self.pdf
- Taylor, E. (1999) Subliminal Technology: The Truth About Subliminal Tapes. Retrieved from https://www.academia.edu/75929356/Subliminal_Technology_THE_TRUTH_ABOUT_SUBLIMINAL_TAPES_by
- Reza, F. (2016). Pemahaman tentang pesan subliminal: Tinjauan aspek kualitatif dan kuantitatif. Wacana, 15(1), 1–85. https://journal.moestopo.ac.id/index.php/wacana/article/view/40
- Merikle, P. M., & Skanes, H. E. (1992). Subliminal self-help audiotapes: A search for placebo effects. Journal of Applied Psychology, 77(5), 772–776. https://doi.org/10.1037/0021-9010.77.5.772
0 Comments