Apa itu FoMO?
FoMO atau Fear of Missing Out adalah ketakutan atau kecemasan tidak terhubung, ketinggalan atau terlewat pengalaman yang dinikmati oleh orang lain.
- Seseorang dengan tingkat FoMO yang tinggi cenderung secara gigih ingin tau kegiatan-kegiatan orang lain.
- FoMO merupakan dampak dari adanya teknologi berupa sosial media seperti Instagram, Twitter, Line, Whatsapp, dll.
- Seseorang dengan tingkat FoMO yang tinggi merasa harus selalu mengecek sosial medianya karena merasa takut tertinggal berita terbaru, gelisah bila tidak terhubung atau tidak bisa mengikuti suatu tren.
- FoMO terjadi karena rasa takut dan khawatir yang berlebihan sehingga memicu berbagai perasaan negatif, seperti kecemasan yang berlebihan dan obsesif.
- FoMO dapat menjadi variabel mediator antara karakteristik personal dan ketidakpuasan akan kebutuhan sosial dengan variabel keterlibatan sosial media.
- FoMO dapat berbahaya karena seseorang cenderung ingin membuka sosial medianya dalam situasi-situasi yang tidak seharusnya, seperti ketika mengendarai mobil, partisipasi sosial, dan mengabaikan orang lain ketika melakukan komunikasi face to face.
Beberapa fakta FoMO:
- Mengecek sosial media adalah hal pertama yang dilakukan oleh seseorang dengan FoMO lakukan ketika baru bangun tidur.
- Seseorang dengan FoMO kesulitan dalam memanajemen waktu dan menghabiskan kurang lebih 400 menit perhari untuk mengecek sosal media.
- Kebanyakan yang terkena FoMO berusia dari 16 sampai 35 tahun.
- Sebanyak 8 dari 10 orang dengan FoMO percaya bahwa sosial media digunakan untuk menunjukan siapa dirinya dan apa saja yang ia lakukan.
- Orang dengan FoMO merasa profil di sosial medianya sangat penting untuk menggambarkan kepribadian mereka yang sebenarnya.
Kasus Molly
Remaja perempuan berusia 14 tahun, Molly Russel, ditemukan telah mengakhiri hidupnya pada tahun 2017. Ayahnya, Ian Russel, menyalahkan Instagram sebagai sosial media yang telah mendukung anaknya dalam usaha bunuh diri. Molly Russell mengakhiri hidupnya ketika dia mulai mencari foto – foto di Instagram yang menekankan unsur self – harm dan suicide.
Orang tua Molly menemukan foto – foto yang mengandung unsur suicide di akun Instagramnya. Ian Russel mengkritisi Instagram karena memudahkan akses pengguna dalam pencarian posting yang berujung pada self – harm dan suicide. Ribuan foto yang menunjukkan unsur – unsur tersebut dapat diihat di berbagai situs populer.
Instagram menanggapi kematian Molly Russel telah meminta maaf dan membuat fitur baru bernama Sensitivity Screens yang melarang semua jenis foto – foto yang mengandung unsur self – harm, suicide, dan food disorder di situsnya.
Gejala Psikopatologi
Gejala psikopatologi yang muncul akibat FoMO
- Stres
- merasa kesepian (loneliness),
- Memiliki self-esteem yang rendah
Psikopatologi akibat FoMO
- Pengguna SNS (Social Networking Site) kompulsif memiliki tingkat anxiety lebih tinggi dibanding pengguna SNS nonkompulsif.
Fakta Penelitian : menemukan bahwa pengguna yang cemas cenderung lebih terlibat dengan media sosial untuk mengurangi keadaan cemas mereka, misalnya mencari perhatian, dukungan, atau rasa memiliki di media sosial2
- Pengguna SNS secara signifikan berasosiasi dengan depresi.
Fakta Penelitian : Penggunaan SNS pada perempuan lebih meningkatkan kemungkinan terkena gejala depresi dibandingkan pengguna laki-laki.
Referensi
Dhira, A., Yossatorn, Y., Kaur, P., Chene, S. (2018). Online social media fatigue and psychological wellbeing—A study of compulsive use, fear of missing out, fatigue, anxiety and depression. International Journal of Information Management, 40, 141–152.
Oberst, U., Wegmann, E., Stodt, B., Brand, M., & Chamarro, A. (2017). Negative consequences from heavy social networking in adolescents: The mediating role of fear of missing out. Journal of adolescence, 55, 51-60.
Milyavskaya, M., Saffran, M., Hope, N., & Koestner, R. (2018). Fear of missing out: prevalence, dynamics, and consequences of experiencing FOMO. Motivation and Emotion, 1-13.
0 Comments