Saat mendengar kata ‘waktu’, kira-kira hal apa yang ada di otak kalian? Kalau dipikir-pikir, manusia selalu menggunakan kata waktu dan bergantung padanya setiap saat. tetapi apasih sebenarnya waktu itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Waktu merupakan elemen dari eksistensi manusia, yang mendasari dan mengatur perilaku sosial individu (Boniwell & Zimbardo, 2004 dalam Evanytha, 2012). Seperti kata pepatah, waktu ibarat sungai yang mengalir. Kamu tidak akan pernah bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya.

Dalam kehidupan ini, manusia dan seluruh makhluk di dunia tidak akan terlepas dari yang namanya waktu. Waktu dapat mengubah seseorang menjadi lebih baik ataupun jahat. Waktu mampu membuat seseorang menyesal, di sisi lain dapat menyembuhkan luka. Pembahasan mengenai waktu tentunya akan sangat luas, tetapi untuk kali ini kita akan membahas tentang bagaimana waktu dapat memengaruhi sikap bahkan perilaku seseorang dalam mengambil keputusan.

Philip Zimbardo pernah mengatakan dalam salah satu talkshownya di Royal Society of Arts, bahwa kekuatan rahasia dari waktu memberi pengaruh pada keputusan manusia dalam hidupnya. Ketika seseorang hendak memutuskan sebuah pilihan, keputusannya dapat menunjukkan perspektif waktu yang ia miliki. Perspektif waktu sendiri dapat diartikan sebagai pandangan subjektif seseorang dalam melihat atau memaknai sesuatu yang terjadi dari sudut pandang waktu, entah itu dahulu, sekarang, ataupun masa depan. Dalam Evanytha (2012), Zimbardo membagi perspektif waktu ke dalam lima dimensi atau faktor, yaitu Past-Positive, Past-Negative, Present-Fatalistic, Present-Hedonistic, dan Future (Zimbardo dan Boyd, 1999).

  1. Past-Positive
    Dimensi ini dicirikan oleh konstruksi positif, bersemangat, dan kerinduan terhadap masa lampau. Individu dengan perspektif waktu post-positive memiliki pandangan yang sehat terhadap kehidupan, tingkat kebahagiaan, dan harga diri yang tinggi (Zimbardo & Boyd, 1999 dalam Evanytha, 2012).
  2. Past-Negative
    Orientasi dimensi ini ditandai oleh pandangan negatif dan tidak menyukai masa lampau. Skor dimensi past-negative berkorelasi signifikan dengan depresi, kecemasan, ketidakbahagiaan, rasa rendah diri, dan agresi (Zimbardo & Boyd, 1999 dalam Evanytha, 2012).
  3. Present-Hedonistic
    Individu dengan orientasi present-hedonistic dicirikan oleh orientasi terhadap kesenangan dan kenikmatan saat ini, tanpa mengorbankan hari ini untuk imbalan di masa depan (Zimbardo & Boyd, 1999 dalam Evanytha, 2012). Biasanya, yang memiliki perspektif waktu present-hedonistic adalah anak-anak. Mereka menyukai tantangan dan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan tanpa memikirkan konsekuensinya di lain waktu.
  4. Present-Fatalistic
    Orientasi present-fatalistic mengungkapkan keyakinan bahwa masa depan telah ditakdirkan dan tidak dipengaruhi oleh tindakan-tindakan individu, sedangkan masa kini harus dijalani dengan kepasrahan (penerimaan) karena manusia ada di dalam kekuasaan takdir (Zimbardo & Boyd, 1999 dalam Evanytha, 2012). Biasanya orang yang meyakini perspektif ini cenderung helpless dan hopeless.
  5. Future
    Dimensi future dicirikan oleh perencanaan dan pencapaian tujuan masa depan (Zimbardo & Boyd, 1999 dalam Evanytha, 2012) Mereka memperhatikan konsekuensi dari keputusan dan tindakan saat ini, bekerja bagi tujuan dan imbalan di masa depan, seringkali dengan mengorbankan kesenangan saat ini, menunda kepuasan dan menghindari godaan untuk membuang-buang waktu (Boniwell & Zimbardo, 2004 dalam Evanytha, 2012).

Apapun perspektif waktu yang kita miliki, jelas berpengaruh terhadap bagaimana kita mengambil keputusan. Namun, perlu diketahui, seseorang dapat memiliki lebih dari satu perspektif waktu, loh. Bisa saja seseorang memiliki perspektif past-positive dan future sekaligus. Terlepas dari itu, setiap dimensi perspektif waktu tentu memiliki nilainya tersendiri, tetapi jika hal tersebut menjadi berlebihan dan menekan dimensi yang lain, akan mengakibatkan disfungsional (Boniwell, 2008).

Nah, setelah mengetahui konsep perspektif waktu dari Zimbardo ini, kita jadi bisa menebak, kira-kira apa perspektif waktu yang kita miliki, ya? Dan apa pengaruhnya bagi keputusan-keputusan yang kita ambil selama ini? Apapun perspektif yang dimiliki, semoga keputusan-keputusan yang kita pilih dapat memberikan hal positif bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita, ya!

Referensi:

Boniwell, I. (2008). The Psychology of Time in our Lives: 5 Types of Time Perspective and 4 Principles of Time Management. Retrieved on March 24, 2020 at http://positivepsychology.org.uk/time-in-our-lives/

Evanytha, Evanytha. (2012). PENGARUH PERSPEKTIF WAKTU (TIME PERSPECTIVE) TERHADAP KUALITAS RELASI SOSIAL. Jurnal Psikologi Ulayat. 1. 10.24854/jpu12012-16.

 

Oleh:

Safira Rizky Maulida (Psikologi 2019)

Categories: Artikel

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.