Komunikasi merupakan cara seseorang mengekspresikan dan menyampaikan pesan dengan berbagai cara agar didengarkan dan dimengerti oleh orang lain. Dengan berkomunikasi, seseorang dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk cerita, keluh kesah, dan lainnya. Namun, kita sering mendapati seseorang berbicara dengan kurang jelas sehingga kita sulit menemukan inti pembicaraannya dan mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman. Lalu apa yang harus kita lakukan agar orang lain mudah memahami dan mendengarkan apa yang kita bicarakan?

Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat salah satu cara agar komunikasi berjalan secara dua arah, yaitu dengan komunikasi asertif. Komunikasi asertif merupakan sebuah teknik berkomunikasi di mana seseorang dapat menyampaikan pendapatnya secara lugas tanpa menyinggung orang tertentu baik secara verbal maupun non-verbal. Keterampilan berkomunikasi seperti ini akan menumbuhkan rasa saling menghargai dan terbuka sehingga komunikasi berjalan secara singkat, jelas, dan efektif. Mengapa kita perlu berkomunikasi secara asertif?

Asertif merupakan cara paling efektif untuk memecahkan masalah interpersonal (Pipas & Jaradat, 2010). Hal ini didukung oleh Lange et al. (1976) yang menyatakan bahwa asertif melibatkan hak-hak pribadi dan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung, jujur dan tepat, tanpa melanggar hak orang lain. Selain itu, menurut Pipas & Jaradat (2010), keterampilan komunikasi yang asertif mampu menciptakan peluang untuk diskusi terbuka dengan berbagai pendapat, kebutuhan, dan pilihan untuk didengar dan dipertimbangkan dengan hormat untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan untuk masalah tertentu. Komunikasi asertif juga dapat memperkuat hubungan, mengurangi stres akibat konflik, dan memberi dukungan sosial saat menghadapi masa-masa sulit. Perilaku asertif dianggap dapat menunjukkan rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, mendorong pengungkapan diri, pengendalian diri, dan apresiasi positif terhadap harga diri.

Menurut Fursland & Nathan (2008), dalam Modul Four: How to Behave More Assertively, terdapat enam jenis gaya komunikasi asertif.

  1. Basic Assertion

Basic assertion adalah ketika kita secara jelas mengungkapkan kebutuhan, keinginan, keyakinan, pendapat, atau perasaan kita. Contoh basic assertion, yaitu, “Saya belum pernah memikirkan itu sebelumnya, saya butuh waktu untuk memikirkan idemu.”

  1. Empathic Assertion

Empathic assertion mengandung pengakuan atas perasaan, kebutuhan, atau keinginan orang lain, lalu dilanjutkan dengan pernyataan yang berisi kebutuhan dan keinginan kita. Contoh emphatic assertion, yaitu, “Saya paham bahwa Anda ingin yang terbaik untuk penyelesaian tugas kelompok kita, tetapi kita sudah menyelesaikan itu dan tidak memiliki cukup waktu untuk mengubahnya.”

  1. Consequence Assertion

Consequence assertion digunakan dalam situasi ketika seseorang tidak mengikuti peraturan sehingga kita bisa menambahkan konsekuensi atas pelanggaran tersebut untuk mengubah perilaku mereka tanpa menjadi agresif. Contoh consequence assertion, yaitu,  “Jika Anda dengan sengaja tidak menghadiri diskusi kita lagi, saya tidak punya pilihan lagi selain tidak mencantumkan nama Anda dalam tugas kelompok kita.”

  1. Discrepancy Assertion

Discrepancy assertion menunjukkan perbedaan antara apa yang telah disepakati sebelumnya dengan apa yang terjadi dan digunakan untuk memastikan apakah ada kesalahpahaman antara tindakan dan kata-kata yang dilontarkan sebelumnya. Contoh discrepancy assertion, yaitu, “Sebelumnya kita sudah sepakat untuk menyelesaikan tugas ini sebelum tanggal 1, tapi mengapa kamu belum mengerjakannya sampai sekarang? Apakah kamu bisa menjelaskan alasannya?”

  1. Negative Feelings Assertion

Jenis komunikasi asertif ini dilakukan ketika kita memiliki perasaan yang negatif, tetapi ingin mengontrol perasaan kita agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara. Strategi ini memungkinkan kita untuk mengatakan apa yang kita rasakan dan membuat lawan bicara mengetahui dampak dari tindakannya. Contoh Negative Feelings Assertion, yaitu, “Saya sangat khawatir karena kamu hilang tanpa kabar. Akan lebih tenang rasanya bila kamu mengabariku agar aku tahu

 

6. Broken Record

Dalam strategi ini, kita mempersiapkan apa yang akan kita katakan dengan cara mengulanginya berkali-kali sehingga lebih siap ketika akan melontarkannya. Cara ini juga dapat membuat kita lebih tenang sebelum berbicara. Contoh dari strategi ini adalah sebagai berikut.

A : “Bisakah Anda meminjamkan uang sebesar Rp100.000,- kepada saya?”

B : “Tidak, keadaan ekonomi saya sedang tidak stabil.”

A : “Tenang saja. Saya akan mengembalikannya sesegera mungkin. Kita kan sudah berteman sejak dulu.”

B : “Tetap saja saya tidak bisa meminjamkan uang saya pada Anda.”

A : “Hanya Rp100.000,- saja. Apakah saya tidak bisa meminjam uang dari Anda?”

B : “Sudah saya katakan tidak. Keadaan ekonomi saya sedang tidak stabil. Saya tidak bisa meminjamkan uang saya pada Anda.”

 

REFERENSI

Barida, Muya. (2016). Modul Assertiveness Training Untuk Meningkatkan Komunikasi Asertif. Yogyakarta: Penerbit K-Media

Centre for Clinical Interventions. (2008). Assert yourself! How to behave more assertively. Assert Yourself, Four, 1–10.

Lange, A. J., Jakubowski, P., & McGovern, T. V. (1976). Responsible assertive behavior: Cognitive/behavioral procedures for trainers. Research PressPub.

Pipas, M. D., & Jaradat, M. (2010). Assertive communication skills. Annales Universitatis Apulensis: Series Oeconomica, 12(2), 649.

Penulis:

Reni Ramadhina

Radia Maharani

Luh Putu Sintadewi J.

Categories: Artikel

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.