RILIS KAJIAN : KEKERASAN PADA REMAJA

I. Latar Belakang

        Kasus dugaan pengeroyokan oleh sejumlah remaja putri berstatus siswi SMA terhadap korban bernama Audrey, remaja putri status siswi SMP di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), menyita perhatian masyarakat Indonesia dalam tiga hari terakhir. Seperti diketahui, kasus dugaan kekerasan terhadap Audrey ini menjadi sorotan hingga mengundang reaksi luas dan memunculkan petisi ‘Justice for Audrey’.

         Melihat skala luasnya, Indonesia saat ini masih memiliki permasalahan terkait kekerasan remaja dan anak. Kekerasan remaja dan anak telah menjadi perhatian lama pemerintah Indonesia. kasus Audrey mengingatkan kita kembali bahwa ada kasus-kasus kekerasan lain yang tersebar di Indonesia.

 

 

II. Data Statistik di Indonesia

          Data kekerasan remaja yang dihimpun oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki permasalahan dalam bidang kekerasan remaja dan anak dengan aduan sebanyak 4620.

 

 

 

III. Pengertian kekerasan remaja

          Kekerasan remaja/Peer violence didefinisikan sebagai tindakan kekerasan fisik, emosional atau seksual yang dilakukan oleh teman sebaya di usia sekolah (Wandera dkk., 2017). Kekerasan remaja dapat berkembang dengan cara yang berbeda. Beberapa anak menunjukkan perilaku bermasalah pada anak usia dini yang secara bertahap meningkat menjadi bentuk agresi yang lebih parah sebelum dan selama masa remaja. World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa kekerasan remaja berdampak seumur hidup pada fungsi psikologis dan sosial seseorang.

 

 

IV. Jenis-Jenis Kekerasan Remaja

            Pada umumnya kekerasan pada remaja itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu secara langsung ( agresi fisik, ancaman, dan ejekan), tidak langsung ( menyebarkan berita palsu dan pengucilan dari kelompok), dan intimidasi.

Jenis Kekerasan terhadap anak menurut Kantor Pusat Layanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A):

a. Kekerasan Fisik : pukul, tampar, tendang, cubit, dsb.

b. Kekerasan Emosional : kekerasan berupa kata-kata yang menakut-nakuti, mengancam, menghina, mencaci dan memaki dengan kasar & keras.

c. Kekerasan Seksual: pornografi, perkataan porna, tindakan tidak senonoh, pelecehan organ seksual.

d. Pengabaian dan penelantaran: segala bentuk kelalaian yang melanggar hak anak dalam pemenuhan gizi dan pendidikan.

e. Kekerasan ekonomi (Eksploitasi): memperkerjakan anak di bawah umur dengan motif ekonomi, prostitusi anak.

 

 

V. Faktor penyebab kekerasan remaja

a. Keluarga, ketika orang tua tidak mengambil peran aktif dalam kehidupan anaknya, remaja menjadi tidak terkendali sehingga berteman dengan orang yang salah.

b. Media, kekerasan di media dapat memengaruhi remaja dan dapat membuat mereka bertindak agresif.

c. Teman sebaya, tekanan dari teman sebaya dapat menjadi faktor penyebab kekerasan remaja saat teman sebaya cenderung berperilaku agresif.

d. Kesehatan Mental, penyakit mental juga merupakan penyebab kekerasan di kalangan remaja. Masalah kesehatan mental seperti ADHD, bipolar, ODD, dan gangguan perilaku, semuanya memiliki perilaku agresif atau perasaan marah sebagai gejala umum.

e. Child Abuse, child abuse dipandang sebagai sebuah siklus, anak-anak yang menjadi korban kekerasan di rumah bisa menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari.

 

VI. Dampak  kekerasan remaja

         Dampak negatif  dari peer violence bisa terjadi dari segi kesehatan fisik maupun psikologis yang telah banyak didokumentasikan oleh penelitian. Tidak hanya itu, Kekerasan teman sebaya juga dapat berdampak negatif pada kinerja sekolah anak-anak, dengan beberapa penelitian menunjukkan kinerja akademis yang buruk dan perihal kehadiran di sekolah.

a. Masalah kesehatan fisik : masalah kesehatan fisik anak-anak dan gejala psikosomatik. Psikosomatik adalah suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran memengaruhi tubuh, hingga memicu munculnya keluhan fisik, seperti sakit kepala, kelelahan, sakit perut dan pusing

b. Masalah psikologis : harga diri yang rendah, perasaan depresi, kecemasan sosial, gangguan tidur, rendahnya efikasi diri, kesepian, keputusasaan dan ide bunuh diri

 

 

 

(more…)