oleh Putu Mahatma Satria Wibawa
Hari demi hari berganti, detik demi detik terlewati. Loncatan waktu semakin cepat dari hari ke hari. Ruang hanya tinggal bayang. Percakapan hanya meninggalkan kenang. Rutinitas tumbuh menjadi begitu monoton. Kehidupan berjalan tak ubahnya episode berulang yang terus menerus ditonton. Adakah waktu begitu cepat berlalu, sedemikian rupa, hingga kita nyaris tak lagi memahami apa makna kehidupan yang sebenarnya?
Di suatu malam yang tentram dibasuh hujan, lampu belajar saya menerangi gelapnya ruang. Mata saya menari dalam mencermati kata demi kata yang terukir dalam lembaran halaman kekuningan buku lama di rak perpustakaan asrama saya. Aroma air hujan yang tercium dari celah-celah kecil di jendela berpadu dengan aroma buku yang entah kenapa membuat saya tenggelam dalam ketenangan. Ah, ketenangan. Betapa kata itu terlampau elit, mahal, dan langka dalam kehidupan saya sehari-harinya sebagai mahasiswa baru yang sibuk mempersiapkan bermacam hal yang membuat fokus saya selama dua minggu ke belakang teralihkan kepada hal-hal yang berada di luar diri saya.